Novel Guha Karang Legok Pari Karangan – Novel Guha Karang Legok Pari Karangan merupakan novel berbahasa Sunda yang memiliki banyak pembaca. Dengan tokoh-tokoh utama dari kalangan anak-anak, membuat novel ini juga digemari oleh banyak anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar.
Memiliki alur cerita yang menarik dan penggunaan bahasa yang ringan, membuat anak-anak bahkan orang dewasa mudah memahami cerita yang dibawakan oleh penulis, terkhusus bagi mereka yang berasal dari suku Sunda.
Tidak hanya sekedar menjadi bahan bacaan, melalui novel ini kamu juga akan mendapatkan banyak sekali pelajaran berharga yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia anak-anak. Yang dimana, untuk memberikan pelajaran tidak hanya berpatokan pada buku pelajaran tapi juga bisa melalui cerita.
Jadi, simak ulasan kami dari awal sampai dengan akhir. Dan jangan sampai kalian ketinggalan untuk menemukan banyak keseruan yang penuh dengan kejutan yang ada di dalam cerita novel ini.
Tentang Novel Karang Legok Pari Karangan
Judul: Guha Karang Legok Pari
Penulis: Hidayat Soesanto
Penerbit: Geger Sunten
Bahasa: Sunda
Genre: Fiksi Anak-Anak
Sinopsis dan Cuplikan Novel Guha Karang Legok Pari Karangan
Ayah Ogi dari Bandung berniat untuk mengunjungi sahabat lamanya, Pak Yoyo, seorang nelayan di Pangandaran. Pak Yoyo dan anaknya yang bernama Budi, membawa pesiar bapaknya Ogi dan Ogi naik perahu menyusuri laut menuju objek wisata Batu Karas, Tegal Karang, dan lokasi gua keramat yang terkenal yaitu, Guha Karang Legok Pari.
Baca Juga:
Novel Terpaksa Menikahi Tuan Muda Full Gratis
Cara Baca Mudah Full Novel Bukan Anak-anak Biasa
Ogi yang merasa penasaran dan ingin memasuki gua tersebut untuk membuktikan mitos dan mimpinya bahwa di gua itu menyimpan harta karun. Tanpa meminta izin kepada orang tuanya, Ogi dengan ketiga orang teman barunya, anak-anak nelayan yaitu Budi, Uus, dan Ubed pun naik perahu menuju Guha Karang Legok Pari yang dikeramatkan oleh banyak masyarakat nelayan Pangandaran.
Awalnya, ketiga anak nelayan itu menolak keinginan Ogi untuk memasuki gua tersebut karena takut akan berakibat buruk dan terkena kutukan dedemit penghuni gua yang angker itu, namun Ogi ngotot meminta temannya itu untuk mengantarkannya masuk ke gua. Dengan merasa kaget dan ketakutan ketiga anak nelayan menunggu di depan mulut gua, sementara Ogi bersukaria dapat memasuki gua.
BBLUUR.
“Ari Budi mindeng ulin ka nu tadi?”
“Ka tegal karang téa?”
“Enya.”
“Kalan-kalan.”
“Sok jeung saha?”
“Jeung saha baé. Jeung bapa, jeung babaturan.” Ogi nyéréngéh.
“Ludeung kitu mun henteu bareng jeung bapa?”
“Nya ludeung. Pilakadar marahu di laut,” témbalna, biwirna ngarenyu. Irungna dadak sakala beukah, boga rasa dipuji ku urang kota.
“Kutan? Goréng sangka Ogi téh. Hanas nyangka Budi budak lembon-ceboy kurang wawanén. Buktina, sarua teuneungna jeung bapana. Pilakadar marahu di laut cenah. Padahal laut pakidulan. Sagara pangsohorna lebah tingjungkiringna ombak”.
Cara Baca Mudah
Kalian bisa membaca novel ini dengan mudah hanya dengan KLIK DISINI ya. Dengan meng klik kata diatas, maka kalian akan langsung menemukan cerita yang kalian inginkan.
Akhir Kata
Sekian dan terima kasih sudah baca ulasan artikel kami dari awal sampai akhir ya. Jangan lupa untuk mampir ke lapak kami yang tentunya hanya di Sahabat Berfikir. Disana kalian akan menemukan lebih banyak keseruan dan kejutan menarik lainnya. Selamat membaca!